Kamis, 17 April 2014

Acidimetri dan Alkalimetri



I.     PENDAHULUAN

1.1  LatarBelakang
Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui dan menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang  sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat. Prinsip dasar titrasi sangatlah sederhana. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang  diperoleh dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang  sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang  belum diketahui konsentrasinya.  Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan kedalam larutan  yang dititrasi. (Nurlela azizah, 2012).
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.(J. Basset, 1994).

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum acara ke- 3 tentang “Acidimetri/Alkalimetri, Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur” sebagai berikut :
1.     Menentukan kadar asam asetat.
2.     Menentukan kadar asam sulfat.
3.     Mahasiswa dapat menganalisis bahan-bahan kimia yang terdapat dalam bahan industri.
4.     Mahasiswa dapat menentukan kadar CaCO3 dalam batu kapur.

II.       TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Acidimetri
Pada titrasi suatu senyawa terdapat istilah acidimetri. Acidimetri sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentuakan konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titraanya. (Rida, 2012).

2.2Alkalimetri
      Pada titrasi suatu senyawa terdapat istilah alkalimetri. Alkalimetri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentukan konsentrasi suatu asam dalam larutan dengan menggunakan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titrannya. (Rida, 2012).

2.3    Batu Kapur
  Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari  calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze (lihat lysocline untuk informasi tentang dissolusi calcite). Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi (air tanah yang presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batu kapur Oolitic) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular. Batu kapur membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen. (Wikipedia, 2013).



III.     BAHAN DAN METODE

3.1Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Dasar acara ke-3 “Acidimetri/Alkalimetri, Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur” dilaksanakan pada pukul 15.00-16.40 WIB, di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Pada hari Senin, 1 April 2013

3.2Bahan dan Alat
          Bahan yang digunakan pada praktikum acara ke-3 antara lain, asam asetat, indikator PP, NaOH 0,1 N, asam sulfat, batu kapur, aquades, HCl 0,5 N sedangkan, alat yang digunakan antara lain, pipet volume, erlenmeyer, pipet tetes, buret, corong, lampu bunsen, gelas arloji, neraca analitik.

3.3CaraKerja
a.       Standarisasi Larutan Baku Asam Asetat Dangan NaOH.
1.      Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.
2.      Mengambil 10 ml larutan asam asetat dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan dalam erlenmeyer.
3.      Menambahkan 3 tetes indikator PP
4.      Mentitrasikan larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna, setelah warna telah berubah menghentikan pentitrasian.
5.      Mengulangi percobaan sekali lagi dan menghitung kadar asam asetat.

b.      Standarisasi Larutan Baku Asam Sulfat Dangan NaOH.
1.      Menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan.
2.      Mengambil 10 ml larutan asam asetat dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan dalam erlenmeyer.
3.      Menambahkan 5 tetes indikator PP
4.      Mentitrasikan larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna, setelah warna telah berubah menghentikan pentitrasian.
5.      Mengulangi percobaan sekali lagi dan menghitung kadar asam sulfat.

      c. Menentukan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Menimbang batu kapur sebanyak 1 gram dalam gelas arloji.
3.      Memasukkan batu kapur dalam erlenmeyer dan menambahkan 25 ml air dan 50 ml HCl 0,5 N.
4.      Memanaskan larutan tersebut dengan lampu bunsen hingga mendidih.
5.      Mentitrasikan larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N dan menambahkan indikator PP 3 tetes, setelah terjadi perubahan warna menghentikan pentitrasian.
6.      Mengulangi percobaan sekali lagi dan menghitung kadar CaCO3 yang terdapat dalam batu kapur.



IV.     HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1HasilPengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan standarisasi asam asetat dengan NaOH.
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
titrant
Hasil akhir
Kadar CH3COOH
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
1.
CH3COOH
10 ml
Indikator PP
3 tetes
NaOH 0,1 N
9,5 ml
Merah muda
0,57 g/100 ml
2.
CH3COOH
10 ml
Indikator PP
3 tetes
NaOH 0,1 N
9 ml
Merah muda
0,54 g/100 ml

Tabel 2. Hasil pengamatan standarisasi asam sulfat dengan NaOH.
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
titrant
Hasil akhir
Kadar H2SO4
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
1.
H2SO4
10 ml
Indikator PP
5 tetes
NaOH 0,1 N
50 ml
Tidak berubah
-
2.
H2SO4
1 ml
Indikator PP
5 tetes
NaOH 0,1 N
10,5 ml
Merah muda
10,29 g/100 ml

Tabel 3. Hasil pengamatan kadar CaCO3 dalam batu kapur
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
titrant
Hasil akhir
Kadar CaCO3%
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
Nama
Jumlah
1.
Batu kapur
Aquades
HCl
1 gram

25 ml
5 ml
Indikator PP
3 tetes
NaOH 0,1 N
20 ml
Merah muda
2,5 %


4.2 Pembahasan
          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 1 tentang standarisasi asam asetat dengan NaOH bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula asam asetat 10 ml ditambahkan indikator PP 3 tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 9,5 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar asam asetat sebanyak 0,57 g/100 ml. Pada percobaan ke- 2bahan mula-mula asam asetat 10 ml ditambahkan indikator PP 3  tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 9 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar asam asetat sebanyak 0,54 g/100 ml. Adapun perhitungan kadar asam asetat sebagai berikut :
Percobaan ke- 1
Kadar asam asetat  = (100/ v CH3COOH) x (N NaOH x V NaOH x BM CH3COOH)/1000
                               = (100/10) x (0,1 x 9,5 x 60)
                        = 0,57 g/100 ml

Percobaan ke- 2
Kadar asam asetat  = (100/ v CH3COOH) x (N NaOH x V NaOH x BM CH3COOH)/1000
                               = (100/10) x (0,1 x 9 x 60)
                        = 0,54 g/100 ml
         
          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 2 tentang standarisasi asam sulfat dengan NaOH bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula asam sulfat 10 ml ditambahkan indikator PP 5 tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml hasil akhir tidak mengalami perubahan warna. Pada percobaan ke- 2bahan mula-mula asam sulfat 1 ml ditambahkan indikator PP 5  tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 10,5 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar asam sulfat sebanyak 10,29 g/100 ml. Adapun perhitungan kadar asam sulfat sebagai berikut :
Percobaan ke- 2
Kadar asam sulfat  = (100/v H2SO4) x (N NaOH x V NaOH x BM H2SO4/1000)
                               = (100/1) x (0,1 x 10,5 x 98/1000)
                        = 10,29 g/100 ml


          Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 3 tentang menghitung kadar CaCO3bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula batu kapur 1 gram, aquades 25 ml, dan HCl 5 ml ditambahkan indikator PP 3 tetes dengan titran NaOH 0,1 N sebanyak 20 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar CaCO3 sebanyak 2,5 %. Adpun penghitungan kadar CaCO3 sebagai berikut :
Percobaan ke- 1
Kadar CaCO3 = (5 x 0,5 - 20 x 0,1) x 100 x 100 %)) / (2 x 1000 x 1)
                       = (2,5 - 2) x 100 x 100%)) / 2000
                    =(50/2000) x 100%
                       = 2,5 %


V.      KESIMPULAN

Titrasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui dan menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Dalam titrasi ada istilah acidimetri dan alkalimetri.Acidimetri sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentuakan konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titraanya.Alkalimetri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentukan konsentrasi suatu asam dalam larutan dengan menggunakan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titrannya. Contoh larutan standar asam adalah HCl, H2SO4. Sedangkan contoh larutan standar basa adalah NaOH.
Saran untuk praktikum acara ke- 3tentang “Acidimetri/Alkalimetri, Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur” agar suatu percobaan dapat berhasil dilakukan kita harus memperhatikan komposisi bahan dan kesterilan alat yang digunakan sehingga dapat meminimalisir kegagalan dalam suatu percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., 1994. Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Nurlela Azizah, 2012.http://kamusq.blogspot.com/2012/04/titrasi-dan-prinsip-dasar-titrasi.html. Diakses tanggal 2 April 2013.
Wikipedia, 2013. http://pengertian batu_kapur.html. Diakses tanggal 2 April 2013.



1 komentar :