I.
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Titrasi adalah suatu metode
yang digunakan untuk mengetahui dan menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat. Prinsip dasar titrasi sangatlah sederhana. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang diperoleh dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah
volume tertentu (biasanya dari buret)
larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti)
yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan kedalam larutan yang dititrasi. (Nurlela azizah, 2012).
Larutan baku/ larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya
berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri
dan ditempatkan di erlenmeyer.(J. Basset,
1994).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum acara ke- 3 tentang “Acidimetri/Alkalimetri,
Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur” sebagai berikut :
1.
Menentukan kadar
asam asetat.
2.
Menentukan kadar
asam sulfat.
3.
Mahasiswa dapat
menganalisis bahan-bahan kimia yang terdapat dalam bahan industri.
4.
Mahasiswa dapat
menentukan kadar CaCO3 dalam batu kapur.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Acidimetri
Pada titrasi
suatu senyawa terdapat istilah acidimetri. Acidimetri
sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk menentuakan
konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang telah
diketahui konsentrasinya sebagai titraanya. (Rida, 2012).
2.2Alkalimetri
Pada titrasi suatu senyawa
terdapat istilah alkalimetri. Alkalimetri merupakan suatu
metode volumetric titimetri untuk menentukan konsentrasi suatu asam dalam
larutan dengan menggunakan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai
titrannya. (Rida, 2012).
2.3
Batu Kapur
Batu kapur (bahasa Inggris: limestone) (CaCO3)
adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic ooze (lihat lysocline untuk informasi tentang dissolusi calcite). Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteorik tersupersaturasi (air
tanah
yang presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti stalagmit dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batu kapur Oolitic) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang granular. Batu kapur membentuk 10% dari seluruh volume batuan sedimen. (Wikipedia, 2013).
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Dasar acara
ke-3 “Acidimetri/Alkalimetri, Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu
Kapur” dilaksanakan pada pukul 15.00-16.40 WIB, di Laboratorium Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya. Pada hari
Senin, 1 April 2013
3.2Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada
praktikum acara ke-3 antara lain, asam asetat, indikator PP, NaOH 0,1 N, asam
sulfat, batu kapur, aquades, HCl 0,5 N sedangkan, alat yang digunakan antara
lain, pipet volume, erlenmeyer, pipet tetes, buret, corong, lampu bunsen, gelas
arloji, neraca analitik.
3.3CaraKerja
a.
Standarisasi
Larutan Baku Asam Asetat Dangan NaOH.
1.
Menyiapkan bahan
dan alat yang akan digunakan.
2.
Mengambil 10 ml
larutan asam asetat dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan dalam
erlenmeyer.
3.
Menambahkan 3 tetes
indikator PP
4.
Mentitrasikan
larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna, setelah
warna telah berubah menghentikan pentitrasian.
5.
Mengulangi
percobaan sekali lagi dan menghitung kadar asam asetat.
b.
Standarisasi
Larutan Baku Asam Sulfat Dangan NaOH.
1.
Menyiapkan bahan
dan alat yang akan digunakan.
2.
Mengambil 10 ml larutan
asam asetat dengan menggunakan pipet, kemudian masukkan dalam erlenmeyer.
3.
Menambahkan 5 tetes
indikator PP
4.
Mentitrasikan
larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna, setelah
warna telah berubah menghentikan pentitrasian.
5.
Mengulangi
percobaan sekali lagi dan menghitung kadar asam sulfat.
1.
Menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
2.
Menimbang batu
kapur sebanyak 1 gram dalam gelas arloji.
3.
Memasukkan batu
kapur dalam erlenmeyer dan menambahkan 25 ml air dan 50 ml HCl 0,5 N.
4.
Memanaskan larutan
tersebut dengan lampu bunsen hingga mendidih.
5.
Mentitrasikan
larutan tersebut dengan NaOH 0,1 N dan menambahkan indikator PP 3 tetes,
setelah terjadi perubahan warna menghentikan pentitrasian.
6.
Mengulangi
percobaan sekali lagi dan menghitung kadar CaCO3 yang terdapat dalam
batu kapur.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1HasilPengamatan
Tabel 1. Hasil
pengamatan standarisasi asam asetat dengan NaOH.
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
titrant
|
Hasil akhir
|
Kadar CH3COOH
|
|||
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
|||
1.
|
CH3COOH
|
10 ml
|
Indikator PP
|
3 tetes
|
NaOH 0,1 N
|
9,5 ml
|
Merah muda
|
0,57 g/100 ml
|
2.
|
CH3COOH
|
10 ml
|
Indikator PP
|
3 tetes
|
NaOH 0,1 N
|
9 ml
|
Merah muda
|
0,54 g/100 ml
|
Tabel 2. Hasil
pengamatan standarisasi asam sulfat dengan NaOH.
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
titrant
|
Hasil akhir
|
Kadar H2SO4
|
|||
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
|||
1.
|
H2SO4
|
10 ml
|
Indikator PP
|
5 tetes
|
NaOH 0,1 N
|
50 ml
|
Tidak berubah
|
-
|
2.
|
H2SO4
|
1 ml
|
Indikator PP
|
5 tetes
|
NaOH 0,1 N
|
10,5 ml
|
Merah muda
|
10,29 g/100 ml
|
Tabel 3. Hasil pengamatan kadar CaCO3 dalam batu kapur
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
titrant
|
Hasil akhir
|
Kadar CaCO3%
|
|||
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
Nama
|
Jumlah
|
|||
1.
|
Batu kapur
Aquades
HCl
|
1 gram
25 ml
5 ml
|
Indikator PP
|
3 tetes
|
NaOH 0,1 N
|
20 ml
|
Merah muda
|
2,5 %
|
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 1 tentang standarisasi asam asetat
dengan NaOH bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula asam asetat 10 ml
ditambahkan indikator PP 3 tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 9,5 ml hasil
akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar asam asetat
sebanyak 0,57 g/100 ml. Pada percobaan ke- 2bahan mula-mula asam asetat 10 ml
ditambahkan indikator PP 3 tetes dan
titrant NaOH 0,1 N sebanyak 9 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi
merah muda dengan kadar asam asetat sebanyak 0,54 g/100 ml. Adapun perhitungan
kadar asam asetat sebagai berikut :
Percobaan ke- 1
Kadar asam asetat = (100/ v CH3COOH) x (N NaOH x V NaOH x BM CH3COOH)/1000
= (100/10) x (0,1 x 9,5 x 60)
= 0,57 g/100 ml
Kadar asam asetat = (100/ v CH3COOH) x (N NaOH x V NaOH x BM CH3COOH)/1000
= (100/10) x (0,1 x 9 x 60)
= 0,54 g/100 ml
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 2 tentang standarisasi asam sulfat
dengan NaOH bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula asam sulfat 10 ml
ditambahkan indikator PP 5 tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml hasil
akhir tidak mengalami perubahan warna. Pada percobaan ke- 2bahan mula-mula asam
sulfat 1 ml ditambahkan indikator PP 5
tetes dan titrant NaOH 0,1 N sebanyak 10,5 ml hasil akhir mengalami
perubahan warna menjadi merah muda dengan kadar asam sulfat sebanyak 10,29
g/100 ml. Adapun perhitungan kadar asam sulfat sebagai berikut :
Percobaan
ke- 2
Kadar asam sulfat = (100/v H2SO4) x (N NaOH x V NaOH x BM H2SO4/1000)
= (100/1) x (0,1 x 10,5 x 98/1000)
= 10,29 g/100 ml
Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada tabel 3 tentang menghitung kadar
CaCO3bahwa pada percobaan ke- 1 bahan mula-mula batu kapur 1 gram,
aquades 25 ml, dan HCl 5 ml ditambahkan indikator PP 3 tetes dengan titran NaOH
0,1 N sebanyak 20 ml hasil akhir mengalami perubahan warna menjadi merah muda
dengan kadar CaCO3 sebanyak 2,5 %. Adpun penghitungan kadar CaCO3
sebagai berikut :
Percobaan ke- 1
Kadar CaCO3 = (5 x 0,5 - 20 x 0,1) x 100 x 100 %)) / (2 x 1000 x 1)
= (2,5 - 2) x 100 x 100%)) / 2000
=(50/2000) x 100%
=
2,5 %
V.
KESIMPULAN
Titrasi adalah suatu metode
yang digunakan untuk mengetahui dan menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Dalam titrasi ada istilah acidimetri dan alkalimetri.Acidimetri sendiri merupakan suatu metode volumetric titimetri untuk
menentuakan konsentrasi suatu basa dalam larutan dengan menggunakan asam yang
telah diketahui konsentrasinya sebagai titraanya.Alkalimetri merupakan suatu
metode volumetric titimetri untuk menentukan konsentrasi suatu asam dalam
larutan dengan menggunakan basa yang telah diketahui konsentrasinya sebagai titrannya.
Contoh larutan standar asam adalah HCl, H2SO4. Sedangkan
contoh larutan standar basa adalah NaOH.
Saran untuk praktikum acara ke- 3tentang “Acidimetri/Alkalimetri,
Penentuan Kadar CaCO3 Dalam Batu Kapur” agar suatu percobaan dapat
berhasil dilakukan kita harus memperhatikan komposisi bahan dan kesterilan alat
yang digunakan sehingga dapat meminimalisir kegagalan dalam suatu percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., 1994. Vogel Buku Teks Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4. Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Nurlela Azizah, 2012.http://kamusq.blogspot.com/2012/04/titrasi-dan-prinsip-dasar-titrasi.html. Diakses tanggal 2 April 2013.
Rida, 2012. http://kimia_analisis.blogspot.com/2012/06/acidimetri-dan-alkalimetri.html. Diakses tanggal 2 April 2013.
Wikipedia, 2013. http://pengertian
batu_kapur.html. Diakses tanggal 2 April 2013.
silahkan mampir2 lg di blog ane
BalasHapus