I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa karbon
adalah senyawa yang tidak hanya mengandung unsur C dan H tetapi juga mengandung
unsur lain seperti O, N, S, P atau halogen. Sedangkan, senyawa hidrokarbon
adalah senyawa organik sederhana yang hanya terdiri dari atom C dan atom H
saja.
Manfaat senyawa hidrokarbon dalam kehidupan
sehari-hari yang utama adalah sebagai sumber bahan bakar.
Dalam bentuk padat, hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal. Hidrokarbon
dulu juga pernah digunakan untuk pembuatan klorofluorokarbon, zat
yang digunakan sebagai propelan pada semprotan nyamuk. Saat ini klorofluorokarbon
tidak lagi digunakan karena memiliki efek buruk terhadap lapisan
ozon. Metana
dan etana
berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah dicairkan dengan tekanan
begitu saja. Propana
lebih mudah untuk dicairkan, dan biasanya dijual di tabung-tabung dalam bentuk
cair. Butana
sangat mudah dicairkan, sehingga lebih aman dan sering digunakan untuk pemantik
rokok. Pentana
berbentuk cairan bening pada suhu ruangan, biasanya digunakan di industri
sebagai pelarut
wax dan gemuk. Heksana biasanya
juga digunakan sebagai pelarut kimia dan termasuk dalam komposisi bensin. Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk
dengan alkena dan beberapa sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta, bahan
bakar jet, dan pelarut industri. Dengan bertambahnya atom karbon, maka
hidrokarbon yang berbentuk linear akan memiliki sifat viskositas dan titik
didih lebih tinggi, dengan warna lebih gelap.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Kimia Dasar materi ke- 6 sebagai
berikut :
1.
Mengetahui
kelarutan dari hidrokarbon alifatis dan aromatis.
2.
Mengamati dengan
seksama perubahan reaksi yang terjadi.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa
karbon yang paling sederhana. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang
hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Berdasarkan susunan atom
karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu
senyawa alifatik (alifatik jenuh dan tidak jenuh) dan senyawa siklik (alisiklik
dan aromatik). (Wikipedia, 2013)
2.2
Penggolongan
Senyawa Hidrokarbon
Para ahli
mengolongkan hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam molekulnya.
Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam
2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik
1. Senyawa Alifatik
Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya
terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya,
senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi
ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana. Contoh senyawa
hidrokarbon alifatik jenuh.
Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat
ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga
dinamakan alkuna. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh
2. Senyawa hidrokarbon siklik
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C
nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan
ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatic. Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk
rantai benzena.
2.3
Sifat Senyawa
Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon yang terdiri dari alkana, alkena, dan alkuna memiliki
sifat-sifat antara lain, sifat-sifat senyawa alkana Pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5–C17 berwujud cair, dan di atas 17
berwujud padat. Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya
titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus mempunyai titik
didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama.
Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah. Alkana mudah larut dalam
pelarut organik tetapi sukar larut dalam air. Alkana dapat bereaksi subtitusi
dengan halogen. Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi.
Sifat-sifat alkena antara lain, titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah
jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi. Alkena
mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air. Alkena dapat bereaksi
adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2,
Br2, I2). Adisi alkena dengan H2. Contoh: CH2=CH2
+ H2 → CH3–CH3 etena etana Adisi alkena dengan
halogen. Reaksi umum: –CH=CH– + X2 → –CHX–CHX– Contoh: CH2
= CH2 + Cl2 → CH2Cl-CH2Cl Etena
1,2-dikloro etana. Dan sifat senyawa alkuna antara lain,
titik didid alkuna hampir sama dengan alkana dan alkena. Semakin bertambah
jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya semakin
tinggi. Alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2
= F2, Cl2, Br2, I2) dan asam halida
(HX = Hf, HCl, HBr, Hl)
III. BAHAN
DAN METODE
Adapun waktu praktikum Kimia Dasar
acara ke- 6 dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2013 pukul 15.00-16.40 WIB,
di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka
Raya.
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum antara lain, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, kapas, gelas
ukur, dan pipet gondok. Sedangkan bahannya antara lain, benzena (C6H6),
etanol, aquades, kristal iodium, asam sulfat (H2SO4),
paraffin, dan minyak kelapa.
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Hidrokarbon
alifatis (alkana)
1.
Memasukkan 1 ml
asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi.
2.
Menambahkan 1 ml
alkana (paraffin cair).
3.
Mencampur larutan
dan mengaduknya hingga berubah warna.
4.
Mengamati dan
menuliskan pada hasil pencampuran larutan pada lembar kerja.
3.3.2
Hidrokarbon
aromatis (benzena)
1. Menyediakan 2 tabung reaksi dan mengisinya dengan 1 ml
aquades.
2. Menambahkan 1 ml etanol pada tiap-tiap tabung dan
menetesi dengan benzena pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara
perlahan.
3. Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada
lembar kerja.
4. Mengulangi percobaan sekali lagi.
3.3.3
Sifat benzena
sebagai pelarut
1. Menyediakan 6 tabung reaksi (mengisi tabung 1, 2, dan 3 dengan
aquades 1 ml, dan mengisi tabung 4, 5, dan 6 dengan 1 ml benzena.
2. Menambahkan 1 ml paraffin pada tabung 1 dan 4,
menambahkan 1 ml minyak kelapa pada tabung 2 dan 5, dan menambahkan 1 gr
kristal iodium pada tabung 3 dan 6.
3. Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada
lembar kerja.
3.3.4
Nitrisi benzena
1. Menyediakan 1 tabung reaksi dan mengisinya dengan asam
sulfat pekat sebanyak 1 ml.
2. Menambahkan asam nitrat pekat sebanyak 3 ml secara
perlahan.
3. Menetesi dengan 1 ml benzena.
4. Menambahkan aquades sebanyak 25 ml secara perlahan-lahan.
5. Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada
lembar kerja.
6.
Mengulangi
percobaan sekali lagi.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil
pengamatan hidrokarbon alifatis (alkana)
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
||||
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
|||
1.
|
H2SO4
|
Bening
|
1 ml
|
Paraffin
|
Bening
|
1 ml
|
Dicampur dan diaduk
|
Larutan terpisah
-
Bagian atas keruh
-
Bagian bawah bening
|
Tabel 2. Hasil
pengamatan hidrokarbon aromatis (benzena)
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
||||
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
|||
1.
|
Aquades
|
Bening
|
1 ml
|
Etanol
Benzena
|
Bening
Bening
|
1 ml
1 ml
|
Dicampur
|
Larutan terpisah
-
Bagian atas bening
-
Bagian bawah keruh
|
2.
|
Aquades
|
Bening
|
1 ml
|
Etanol
Benzena
|
Bening
Bening
|
1 ml
1 ml
|
Dicampur
|
Larutan terpisah
-
Bagian atas bening
-
Bagian bawah keruh
|
Tabel 3. Hasil
pengamatan sifat benzena sebagai pelarut
No
|
Bahan mula-mula
|
Bahan yang ditambahkan
|
Perlakuan
|
Hasil
|
||||
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
Nama
|
Warna
|
Jumlah
|
|||
1.
|
Aquades
|
Bening
|
1 ml
|
Paraffin
|
Bening
|
1 ml
|
Dicampur
|
Larutan terpisah
-
Bagian atas keruh
kekuning-kuningan
-
Bagian bawah bening
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 1, bahwa pada
percobaan ke-1 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N
sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,2 N
sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 31,99 s maka kecepatan
reaksinya adalah 0,033 s. Pada percobaan ke-2 bahan mula-mula yang digunakan
adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4
0,4 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah
29,89 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,031 s. Pada percobaan ke-3 bahan
mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian
ditambahkan larutan H2SO4 0,6 N sebanyak 5 ml dengan
waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 17,71 s maka kecepatan reaksinya
adalah 0,056 s. Pada percobaan ke-4 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S
0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,8
N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 16,00 s maka
kecepatan reaksinya adalah 0,062 s. Dan pada percobaan ke-5 bahan mula-mula
yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan
larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan
dalam mereaksikan adalah 6,33 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,157 s.
Adapun grafik tentang pengaruh kecepatan reaksi dengan
konsentrasi H2SO4 sebagai berikut :
Berdasarkan data
pada grafik bahwa, pada larutan Na2S dengan konsentrasi 0,2 N yang
direaksikan dengan larutan H2SO4 0,2 N sampai 1 N selalu
mengalami peningkatan kecepatan reaksi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi suatu larutan maka, semakin besar pula kecepatan
reaksinya.
Berdasarkan data
yang diperoleh dari tabel 2, bahwa pada percobaan ke-1 bahan mula-mula yang
digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian
ditambahkan larutan Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml dengan waktu
diperlukan dalam mereaksikan adalah 22,70 s maka kecepatan reaksinya adalah
0,044 s. Pada percobaan ke-2 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4
0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,4
N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 10,00 s maka kecepatan
reaksinya adalah 0,099 s. Pada percobaan ke-3 bahan mula-mula yang digunakan
adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan
larutan Na2S 0,6 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan
dalam mereaksikan adalah 9,21 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,108 s. Pada
percobaan ke-4 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4
0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,8
N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 7,33 s maka kecepatan
reaksinya adalah 0,136 s. Dan pada percobaan ke-5 bahan mula-mula yang
digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian
ditambahkan larutan Na2S 1 N sebanyak 5 ml dengan waktu
diperlukan dalam mereaksikan adalah 4,27 s maka kecepatan reaksinya adalah
0,234 s.
Adapun grafik tentang
pengaruh kecepatan reaksi dengan konsentrasi Na2S sebagai berikut :
Berdasarkan data pada grafik bahwa, pada
larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,2 N yang direaksikan
dengan larutan Na2S 0,2 N sampai 1 N selalu mengalami peningkatan
kecepatan reaksi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
suatu larutan maka, semakin besar pula kecepatan reaksinya.
V. KESIMPULAN
. Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu atau penambahan konsentrasi
zat hasil reaksi (produk) per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, konsentrasi senyawa, suhu, molaritas, katalis, dan luas permukaan
sentuh.
Saran untuk praktikum acara ke- 4 tentang “Kecepatan
Reaksi” untuk percobaan tentang kecepatan reaksi kedepannya diusahakan tidak
hanya menentukan kecepatan reaksi berdasarkan konsentrasi senyawa, kalau bisa .berdasarkan
suhu atau dengan menggunakan luas permukaan sentuh dalam menentukan kecepatan
reaksi suatu senyawa.
DAFTAR PUSTAKA
Siti nurnahari Z, 2012. Kimia SMA Kupas Tuntas Ujian Nasional.
CV. Sindunata : Solo.
Anonoim. 2012. www.wikipedia.org. Diakses tanggal 12 April 2013.
Anonoim. 2013. www.wikipedia.org. Diakses tanggal 12 April 2013.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar