Sabtu, 19 April 2014

Senyawa Hidrokarbon



I.     PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Senyawa karbon adalah senyawa yang tidak hanya mengandung unsur C dan H tetapi juga mengandung unsur lain seperti O, N, S, P atau halogen. Sedangkan, senyawa hidrokarbon adalah senyawa organik sederhana yang hanya terdiri dari atom C dan atom H saja.
Manfaat senyawa hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari yang utama adalah sebagai sumber bahan bakar. Dalam bentuk padat, hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal. Hidrokarbon dulu juga pernah digunakan untuk pembuatan klorofluorokarbon, zat yang digunakan sebagai propelan pada semprotan nyamuk. Saat ini klorofluorokarbon tidak lagi digunakan karena memiliki efek buruk terhadap lapisan ozon. Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah dicairkan dengan tekanan begitu saja. Propana lebih mudah untuk dicairkan, dan biasanya dijual di tabung-tabung dalam bentuk cair. Butana sangat mudah dicairkan, sehingga lebih aman dan sering digunakan untuk pemantik rokok. Pentana berbentuk cairan bening pada suhu ruangan, biasanya digunakan di industri sebagai pelarut wax dan gemuk. Heksana biasanya juga digunakan sebagai pelarut kimia dan termasuk dalam komposisi bensin. Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk dengan alkena dan beberapa sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta, bahan bakar jet, dan pelarut industri. Dengan bertambahnya atom karbon, maka hidrokarbon yang berbentuk linear akan memiliki sifat viskositas dan titik didih lebih tinggi, dengan warna lebih gelap.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Kimia Dasar materi ke- 6 sebagai berikut :
1.      Mengetahui kelarutan dari hidrokarbon alifatis dan aromatis.
2.      Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi.



II.         TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik (alifatik jenuh dan tidak jenuh) dan senyawa siklik (alisiklik dan aromatik). (Wikipedia, 2013)

2.2    Penggolongan Senyawa Hidrokarbon
Para ahli mengolongkan hidrokarbon berdasarkan susunan atom-atom karbon dalam molekulnya. Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik
1. Senyawa Alifatik
Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik jenuh.
Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh

2. Senyawa hidrokarbon siklik
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatic. Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantai tertutup
Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai benzena.
 

2.3    Sifat Senyawa Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon yang terdiri dari alkana, alkena, dan alkuna memiliki sifat-sifat antara lain, sifat-sifat senyawa alkana Pada suhu kamar C1–C4 berwujud gas, C5–C17 berwujud cair, dan di atas 17 berwujud padat. Semakin bertambah jumlah atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah. Alkana mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air. Alkana dapat bereaksi subtitusi dengan halogen. Senyawa alkana rantai panjang dapat mengalami reaksi eliminasi. Sifat-sifat alkena antara lain, titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi. Alkena mudah larut dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air. Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2). Adisi alkena dengan H2. Contoh: CH2=CH2 + H2 → CH3–CH3 etena etana Adisi alkena dengan halogen. Reaksi umum: –CH=CH– + X2 → –CHX–CHX– Contoh: CH2 = CH2 + Cl2 → CH2Cl-CH2Cl Etena 1,2-dikloro etana. Dan sifat senyawa alkuna antara lain, titik didid alkuna hampir sama dengan alkana dan alkena. Semakin bertambah jumlah atom C harga Mr makin besar maka titik didihnya semakin tinggi. Alkuna dapat bereaksi adisi dengan H2 dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2) dan asam halida (HX = Hf, HCl, HBr, Hl)


III.         BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu praktikum Kimia Dasar acara ke- 6 dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2013 pukul 15.00-16.40 WIB, di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum antara lain, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet tetes, kapas, gelas ukur, dan pipet gondok. Sedangkan bahannya antara lain, benzena (C6H6), etanol, aquades, kristal iodium, asam sulfat (H2SO4), paraffin, dan minyak kelapa.

3.3    Cara Kerja
3.3.1        Hidrokarbon alifatis (alkana)
1.      Memasukkan 1 ml asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi.
2.      Menambahkan 1 ml alkana (paraffin cair).
3.      Mencampur larutan dan mengaduknya hingga berubah warna.
4.      Mengamati dan menuliskan pada hasil pencampuran larutan pada lembar kerja.

3.3.2        Hidrokarbon aromatis (benzena)
1.      Menyediakan 2 tabung reaksi dan mengisinya dengan 1 ml aquades.
2.      Menambahkan 1 ml etanol pada tiap-tiap tabung dan menetesi dengan benzena pada masing-masing tabung sebanyak 1 ml secara perlahan.
3.      Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada lembar kerja.
4.      Mengulangi percobaan sekali lagi.

3.3.3        Sifat benzena sebagai pelarut
1.      Menyediakan 6 tabung reaksi (mengisi tabung 1, 2, dan 3 dengan aquades 1 ml, dan mengisi tabung 4, 5, dan 6 dengan 1 ml benzena.
2.      Menambahkan 1 ml paraffin pada tabung 1 dan 4, menambahkan 1 ml minyak kelapa pada tabung 2 dan 5, dan menambahkan 1 gr kristal iodium pada tabung 3 dan 6.
3.      Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada lembar kerja.
3.3.4        Nitrisi benzena
1.      Menyediakan 1 tabung reaksi dan mengisinya dengan asam sulfat pekat sebanyak 1 ml.
2.      Menambahkan asam nitrat pekat sebanyak 3 ml secara perlahan.
3.      Menetesi dengan 1 ml benzena.
4.      Menambahkan aquades sebanyak 25 ml secara perlahan-lahan.
5.      Mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya pada lembar kerja.
6.      Mengulangi percobaan sekali lagi.



IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN 


4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan hidrokarbon alifatis (alkana)
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
Perlakuan
Hasil
Nama
Warna
Jumlah
Nama
Warna
Jumlah
1.
H2SO4
Bening
1 ml
Paraffin
Bening
1 ml
Dicampur dan diaduk
Larutan terpisah
-  Bagian atas keruh
- Bagian bawah bening

Tabel 2. Hasil pengamatan hidrokarbon aromatis (benzena)
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
Perlakuan
Hasil
Nama
Warna
Jumlah
Nama
Warna
Jumlah
1.
Aquades
Bening
1 ml
Etanol
Benzena
Bening
Bening
1 ml
1 ml
Dicampur
Larutan terpisah
-  Bagian atas bening
- Bagian bawah keruh
2.
Aquades
Bening
1 ml
Etanol
Benzena
Bening
Bening
1 ml
1 ml
Dicampur
Larutan terpisah
-  Bagian atas bening
- Bagian bawah keruh
 



Tabel 3. Hasil pengamatan sifat benzena sebagai pelarut
No
Bahan mula-mula
Bahan yang ditambahkan
Perlakuan
Hasil
Nama
Warna
Jumlah
Nama
Warna
Jumlah
1.
Aquades
Bening
1 ml
Paraffin
Bening
1 ml
Dicampur
Larutan terpisah
-  Bagian atas keruh kekuning-kuningan
- Bagian bawah bening


4.2 Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 1, bahwa pada percobaan ke-1 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 31,99 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,033 s. Pada percobaan ke-2 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,4 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 29,89 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,031 s. Pada percobaan ke-3 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,6 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 17,71 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,056 s. Pada percobaan ke-4 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 0,8 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 16,00 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,062 s. Dan pada percobaan ke-5 bahan mula-mula yang digunakan adalah Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan H2SO4 1 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 6,33 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,157 s.
Adapun grafik tentang pengaruh kecepatan reaksi dengan konsentrasi H2SO4 sebagai berikut :
 
Berdasarkan data pada grafik bahwa, pada larutan Na2S dengan konsentrasi 0,2 N yang direaksikan dengan larutan H2SO4 0,2 N sampai 1 N selalu mengalami peningkatan kecepatan reaksi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan maka, semakin besar pula kecepatan reaksinya.
 Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2, bahwa pada percobaan ke-1 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,2 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 22,70 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,044 s. Pada percobaan ke-2 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,4 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 10,00 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,099 s. Pada percobaan ke-3 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,6 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 9,21 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,108 s. Pada percobaan ke-4 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 0,8 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 7,33 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,136 s. Dan pada percobaan ke-5 bahan mula-mula yang digunakan adalah H2SO4 0,2 N sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan larutan Na2S 1 N sebanyak 5 ml dengan waktu diperlukan dalam mereaksikan adalah 4,27 s maka kecepatan reaksinya adalah 0,234 s.
          Adapun grafik tentang pengaruh kecepatan reaksi dengan konsentrasi Na2S sebagai berikut :
   Berdasarkan data pada grafik bahwa, pada larutan H2SO4 dengan konsentrasi 0,2 N yang direaksikan dengan larutan Na2S 0,2 N sampai 1 N selalu mengalami peningkatan kecepatan reaksi larutan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu larutan maka, semakin besar pula kecepatan reaksinya.

V.    KESIMPULAN

. Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang berlangsung per satuan waktu atau penambahan konsentrasi zat hasil reaksi (produk) per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, konsentrasi senyawa, suhu, molaritas, katalis, dan luas permukaan sentuh.
Saran untuk praktikum acara ke- 4 tentang “Kecepatan Reaksi” untuk percobaan tentang kecepatan reaksi kedepannya diusahakan tidak hanya menentukan kecepatan reaksi berdasarkan konsentrasi senyawa, kalau bisa .berdasarkan suhu atau dengan menggunakan luas permukaan sentuh dalam menentukan kecepatan reaksi suatu senyawa.






DAFTAR PUSTAKA

Siti nurnahari Z, 2012. Kimia SMA Kupas Tuntas Ujian Nasional. CV. Sindunata : Solo.
Anonoim. 2012. www.wikipedia.org. Diakses tanggal 12 April 2013.
Anonoim. 2013. www.wikipedia.org. Diakses tanggal 12 April 2013.



Tidak ada komentar :

Posting Komentar